Bismillahirrahmanirrahim..
Selamat
datang lagi di seputar dunia gizi, salam kesehatan :)
Saat
ini saya akan memposting beberapa kasus terkait masalah penyakit yang tidak
jauh dari masalah seputar gizi lengkap dengan diagnosis, penyebab, dan terapi
yang bisa diberikan. Maaf kalau yang bisa saya berikan hanya lima, sedikit tapi
semoga bermanfaat dan menambah ilmu kita. J
1.
Seorang pria umur 45 tahun mengeluh
cepat lelah, banyak mengeluarkan urine (air kencing), berat badan turun 7 kg
dalam dua bulan terakhir. Pemeriksaan fisik BB 45 kg, TB 165 cm dan TD 160/95
mmHg. Hasil pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 360 mg/dl.
a.
Apakah diagnosis dari kasus ini?
Diabetes Melitus Tipe 2
b.
Apakah penyebab kasus ini?
Diabetes Melitus Tipe 2
disebabkan oleh sensitifitas hormon insulin yang berkurang (hormon insulin
menjadi resisten). Dengan menurunnya
sensitifitas hormon insulin maka hormon tersebut tidak dapat merubah glukosa
yang beredar di dalam darah untuk disimpan kedalam hati dan otot sebagai
cadangan glukosa sehingga kadar glukosa darah menjadi sangat tinggi dan menyebabkan
symptomp pada penderita berupa poliuria
(banyak kencing) karena hormon ADH yangh berkurang sebagai homeostasis terhadap
glukosa berlebihan dalam darah, polidipsia (banyak minum/rasa haus terus
menerus) dan poliphalgi (banyak makan namun berat badan menurun) karena tubuh
selalu merasa kekurangan glukosa.
c.
Terapi apa yang bisa diberikan?
Yang pertama kita
lakukan jika pasien datang dengan diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu
mengatur makanan pasien. Pasien tetap mengkonsumsi zat-zat gizi lengkap
termasuk karbohidrat yang dapat berubah menjadi glukosa namun dengan jumlah
yang terbatas dan jenis yang disarankan
(karbohidrat 50-55%, lemak 30-35% dan protein 10-15%). Apabila pasien mengalami
obesitas maka disarankan untuk menurunkan berat badan agar tidak menimbulkan
resistensi insulin yang berat. Selanjutnya pasien harus olahraga yang ringan
namun continue (dilakukan secara
terus menerus). Adapun olahraga yang disarankan berupa jogging, berenang dan
bersepeda. Lalu memberi edukasi kepada pasien tentang terapi yang diberikan
serta komplikasi yang dapat terjadi pada pasien jika tidak patuh terhadap
terapinya. Selanjutnya memberi obat pada pasien. Pemberian obat ini tergantung
pada tingkat resistensi insulin. Dan
yang terakhir memonitoring terapi yang dilakukan untuk meninjau tingkat
keberhasilan terapi.
2. Seorang
pria umur 23 tahun datang dengan keluhan nyeri sendi pada tungkai bawah. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan BB 95 kg, TB 165 cm, lingkar pinggang 102 cm dan TD
140/90 mmHg. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Dari pemeriksaan
labolatorium kolesterol dan asam urat dalam kadar normal namun gula darah
sewaktu 160 mg/dl.
a. Apakah
diagnosis pasien ini?
Obesitas tipe sentral
b. Apakah
penyebab kasus ini?
Obesitas disebabkan oleh intake
energi yang berlebihan namun yang digunakan sangat sedikit. Hal ini sering
terjadi pada zaman sekarang karena makanan yang dikonsumsi setiap hari dominan junkfood yang mengandung nilai gizi
yang tidak berimbang serta minuman yang mengandung glukosa berlebih sehingga
terjadi penumpukan energi pada tubuh. Selain itu olahraga juga jarang dilakukan
atau malas bergerak misalnya kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan lift daripada menggunakan tangga untuk
beraktifitas. Obesitas tipe sentral (untuk laki-laki lingkar pinggang diatas 90
cm dan wanita diatas 80 cm) menunjukkan bahwa adanya penumpukan lemak viseral
yang letaknya dominan di abdomen/perut. Lemak jenis viseral ini sangat mudah
untuk berubah menjadi glukosa sehingga obesitas tipe sentral menjadi faktor
resiko yang besar untuk penyakit Diabetes Melitus tipe 2.
c. Terapi
apakah yang dapat dilakukan?
Terapi utama yang dilakukan adalah
menurunkan berat badan pasien. Mengontrol jenis dan jumlah makanan serta
olahraga yang ringan dan continue misalnya jogging, bersepeda dan berenang.
Apabila pasien susah menurunkan berat badan dan sudah mengalami keluhan maka
diberi obat untuk membantu menurunkan berat badan pasien namun tetap melakukan
program diet. Jika Indeks Massa Tubuh (IMT=BB/TB2) diatas 40 maka
disarankan untuk melakukan operasi pengecilan lambung agar pasien dapat
mengontrol rasa lapar.
3. Seorang
laki-laki umur 48 tahun mengeluh cepat lelah saat beraktifitas, nyeri dada selama
20 menit menjalar ke rahang dan lengan kiri serta rasa tertekan pada dada
sehingga memberikan sensasi sesak nafas. Dari pemeriksaaan fisik diketahui BB
97 kg, TB 168 cm, lingkar pinggang 98 cm dan TD 150/100 mmHg. Pemeriksaan
labolatorium kolesterol meningkat.
a. Apakah
diagnosis pasien tebrsebut?
Infark Miokard Akut
b. Apakah
penyebab kasus ini?
Infark Miokard Akut
(IMA) disebabkan oleh adanya trombus atau sumbatan pada arteri koronaria pada
jantung. Sumbatan ini berasal dari LDL (Low Density Lipoprotein) yang melekat
pada permukaan atau selubung dalam dari pembuluh darah jantung. Hal ini paling
banyak terjadi karena konsumsi makanan lemak jenuh yang berlebihan. Jika
penumpukan LDL (trombus) terjadi terus menerus dan menetap bahkan menjadi
semakin besar makan akan memberikan rasa nyeri dada karena suplai darah ke
bagian jantung tertentu menjadi berkurang. Apabila trombus menutup total arteri
koronaria maka bisa menyebabkan kematian oto jantung yang tidak mendapat suplai
darah.
c. Apakah
terapi yang dapat diberikan?
Terapi yang dapat
dilakukan yaitu dengan memberikan obat anti nyeri serta pemberian statin untuk
menurunkan kadar kolesterol. Lalu menyarankan diet pada pasien dengan
menurunkan intake kalori, intake garam, protein dan lemak dalam porsi
sedang, cukup vitamin dan mineral serta
porsi kecil namun sering diberikan. Sebaiknya menghindari sawi, kol, daging
berlemak dan penggunaan minyak goreng. Lalu pasien disarankan untuk menurunkan
berat badan jika mengalami obesitas serta melakukan olahraga ringan yang
continue
4. Seorang
wanita umur 50 tahun mengeluh sering pusing. Dari pemeriksaan fisik diketahui
BB 79 kg, TB 156 cm dan TD 150/100 mmHg. Pasien sebelumnya sering mengalami
keluhan yang sama dan membaik jika mengkonsumsi Likedipin. Dari anamnesis
diketahui pasien sering mengonsumsi ikan asin.
a. Apakah
diagnosis pasien diatas?
Hipertensi
b. Apakah
penyebab kasus diatas?
Hipertensi disebabkan
oleh terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE).
ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi
pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Hal ini bisa timbul jika pasien dominan mengonsumsi
makanan dengan kadar Natrium yang tinggi.
c. Terapi apa
yang dapat dilakukan?
Terapi yang pertama dilakukan yaitu
diet rendah garam dengan cukup kalori, vitamin dan mineral namun kadar garam
dapur dibatasi serta kadar natrium dibatasi sesuai dengan derajat hipertensi.
Selain itu pasien juga diberi obat jika mengalami kelebihan kolesterol serta
mengalami gejala yang mengganggu pasien.
5. Seorang
wanita umur 45 tahun mengeluh sering pusing. Dari anamnesis pasien sering
mengalami gusi berdarah yang tidak diketahui sebabnya serta sering mimisan.
Dari pemeriksaan fisik diketahui BB 48 kg, TB 158 cm, TD 110/60 mmHg dan pasien
tampak pucat. Dari pemeriksaan labolatorium diketahui kadar Hemoglobin sangat
rendah.
a. Apakah
diagnosis pasien?
Anemia
b. Apakah
penyebab kasus ini?
Apabila jumlah besi menurun terus
maka eritropiesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun,
akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron
deficiency anemia. Kekurangan besi pada epitel serta beberapa enzim kemudian
menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala
lainnya.
Di samping pada hemoglobin, besi
juga menjadi komponen penting dari mioglobin dan berbagai enzim yang dibutuhkan
dalam penyediaan energi dan transport elektron. Oleh karena itu, defisiensi
besi di samping menimbulkan anemia, juga akan menimbulkan berbagai dampak
negatif, misalnya pada 1) sistem neuromuskular yang mengakibatkan gangguan
kapasitas kerja, 2) gangguan terhadap proses mental dan kecerdasan, 3) gangguan
imunitas dan ketahanan terhadap infeksi, dan 4) gangguan terhadap ibu hamil dan
janin.
c. Terapi
apakah yang dapat dilakukan?
Terapi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberi besi
oral maupun parental kepada pasien. Selanjutnya dengan memberikan diet pada
pasien dengan memberi makanan bergizi dengan protein tinggi terutama protein
hewani. Vitamin
C 3×1000 mg/hari untuk meningkatkan
absorpsi besi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar