Senin, 08 Desember 2014

Kasus Penyakit Metabolik



Bismillahirrahmanirrahim..
Selamat datang lagi di seputar dunia gizi, salam kesehatan :)
Saat ini saya akan memposting beberapa kasus terkait masalah penyakit yang tidak jauh dari masalah seputar gizi lengkap dengan diagnosis, penyebab, dan terapi yang bisa diberikan. Maaf kalau yang bisa saya berikan hanya lima, sedikit tapi semoga bermanfaat dan menambah ilmu kita. J
1.              Seorang pria umur 45 tahun mengeluh cepat lelah, banyak mengeluarkan urine (air kencing), berat badan turun 7 kg dalam dua bulan terakhir. Pemeriksaan fisik BB 45 kg, TB 165 cm dan TD 160/95 mmHg. Hasil pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 360 mg/dl.
a.         Apakah diagnosis dari kasus ini?
Diabetes Melitus Tipe 2
b.         Apakah penyebab kasus ini?
Diabetes Melitus Tipe 2 disebabkan oleh sensitifitas hormon insulin yang berkurang (hormon insulin menjadi resisten).  Dengan menurunnya sensitifitas hormon insulin maka hormon tersebut tidak dapat merubah glukosa yang beredar di dalam darah untuk disimpan kedalam hati dan otot sebagai cadangan glukosa sehingga kadar glukosa darah menjadi sangat tinggi dan menyebabkan symptomp pada penderita berupa poliuria (banyak kencing) karena hormon ADH yangh berkurang sebagai homeostasis terhadap glukosa berlebihan dalam darah, polidipsia (banyak minum/rasa haus terus menerus) dan poliphalgi (banyak makan namun berat badan menurun) karena tubuh selalu merasa kekurangan glukosa.
c.         Terapi apa yang bisa diberikan?
Yang pertama kita lakukan jika pasien datang dengan diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu mengatur makanan pasien. Pasien tetap mengkonsumsi zat-zat gizi lengkap termasuk karbohidrat yang dapat berubah menjadi glukosa namun dengan jumlah yang terbatas dan jenis  yang disarankan (karbohidrat 50-55%, lemak 30-35% dan protein 10-15%). Apabila pasien mengalami obesitas maka disarankan untuk menurunkan berat badan agar tidak menimbulkan resistensi insulin yang berat. Selanjutnya pasien harus olahraga yang ringan namun continue (dilakukan secara terus menerus). Adapun olahraga yang disarankan berupa jogging, berenang dan bersepeda. Lalu memberi edukasi kepada pasien tentang terapi yang diberikan serta komplikasi yang dapat terjadi pada pasien jika tidak patuh terhadap terapinya. Selanjutnya memberi obat pada pasien. Pemberian obat ini tergantung pada tingkat resistensi insulin.  Dan yang terakhir memonitoring terapi yang dilakukan untuk meninjau tingkat keberhasilan terapi.

2.      Seorang pria umur 23 tahun datang dengan keluhan nyeri sendi pada tungkai bawah. Dari pemeriksaan fisik ditemukan BB 95 kg, TB 165 cm, lingkar pinggang 102 cm dan TD 140/90 mmHg. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Dari pemeriksaan labolatorium kolesterol dan asam urat dalam kadar normal namun gula darah sewaktu 160 mg/dl.
a.    Apakah diagnosis pasien ini?
    Obesitas tipe sentral
b.    Apakah penyebab kasus ini?
           Obesitas disebabkan oleh intake energi yang berlebihan namun yang digunakan sangat sedikit. Hal ini sering terjadi pada zaman sekarang karena makanan yang dikonsumsi setiap hari dominan junkfood yang mengandung nilai gizi yang tidak berimbang serta minuman yang mengandung glukosa berlebih sehingga terjadi penumpukan energi pada tubuh. Selain itu olahraga juga jarang dilakukan atau malas bergerak misalnya kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan lift daripada menggunakan tangga untuk beraktifitas. Obesitas tipe sentral (untuk laki-laki lingkar pinggang diatas 90 cm dan wanita diatas 80 cm) menunjukkan bahwa adanya penumpukan lemak viseral yang letaknya dominan di abdomen/perut. Lemak jenis viseral ini sangat mudah untuk berubah menjadi glukosa sehingga obesitas tipe sentral menjadi faktor resiko yang besar untuk penyakit Diabetes Melitus tipe 2.
c.    Terapi apakah yang dapat dilakukan?
             Terapi utama yang dilakukan adalah menurunkan berat badan pasien. Mengontrol jenis dan jumlah makanan serta olahraga yang ringan dan continue misalnya jogging, bersepeda dan berenang. Apabila pasien susah menurunkan berat badan dan sudah mengalami keluhan maka diberi obat untuk membantu menurunkan berat badan pasien namun tetap melakukan program diet. Jika Indeks Massa Tubuh (IMT=BB/TB2) diatas 40 maka disarankan untuk melakukan operasi pengecilan lambung agar pasien dapat mengontrol rasa lapar.

3.      Seorang laki-laki umur 48 tahun mengeluh cepat lelah saat beraktifitas, nyeri dada selama 20 menit menjalar ke rahang dan lengan kiri serta rasa tertekan pada dada sehingga memberikan sensasi sesak nafas. Dari pemeriksaaan fisik diketahui BB 97 kg, TB 168 cm, lingkar pinggang 98 cm dan TD 150/100 mmHg. Pemeriksaan labolatorium kolesterol meningkat.
a.       Apakah diagnosis pasien tebrsebut?
Infark Miokard Akut
b.      Apakah penyebab kasus ini?
Infark Miokard Akut (IMA) disebabkan oleh adanya trombus atau sumbatan pada arteri koronaria pada jantung. Sumbatan ini berasal dari LDL (Low Density Lipoprotein) yang melekat pada permukaan atau selubung dalam dari pembuluh darah jantung. Hal ini paling banyak terjadi karena konsumsi makanan lemak jenuh yang berlebihan. Jika penumpukan LDL (trombus) terjadi terus menerus dan menetap bahkan menjadi semakin besar makan akan memberikan rasa nyeri dada karena suplai darah ke bagian jantung tertentu menjadi berkurang. Apabila trombus menutup total arteri koronaria maka bisa menyebabkan kematian oto jantung yang tidak mendapat suplai darah.
c.       Apakah terapi yang dapat diberikan?
Terapi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan obat anti nyeri serta pemberian statin untuk menurunkan kadar kolesterol. Lalu menyarankan diet pada pasien dengan menurunkan intake kalori, intake garam, protein dan lemak dalam porsi sedang,  cukup vitamin dan mineral serta porsi kecil namun sering diberikan. Sebaiknya menghindari sawi, kol, daging berlemak dan penggunaan minyak goreng. Lalu pasien disarankan untuk menurunkan berat badan jika mengalami obesitas serta melakukan olahraga ringan yang continue









4.      Seorang wanita umur 50 tahun mengeluh sering pusing. Dari pemeriksaan fisik diketahui BB 79 kg, TB 156 cm dan TD 150/100 mmHg. Pasien sebelumnya sering mengalami keluhan yang sama dan membaik jika mengkonsumsi Likedipin. Dari anamnesis diketahui pasien sering mengonsumsi ikan asin.
a.       Apakah diagnosis pasien diatas?
Hipertensi
b.      Apakah penyebab kasus diatas?
Hipertensi disebabkan oleh terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini bisa timbul jika pasien dominan mengonsumsi makanan dengan kadar Natrium yang tinggi.
c.       Terapi apa yang dapat dilakukan?
Terapi yang pertama dilakukan yaitu diet rendah garam dengan cukup kalori, vitamin dan mineral namun kadar garam dapur dibatasi serta kadar natrium dibatasi sesuai dengan derajat hipertensi. Selain itu pasien juga diberi obat jika mengalami kelebihan kolesterol serta mengalami gejala yang mengganggu pasien.



5.      Seorang wanita umur 45 tahun mengeluh sering pusing. Dari anamnesis pasien sering mengalami gusi berdarah yang tidak diketahui sebabnya serta sering mimisan. Dari pemeriksaan fisik diketahui BB 48 kg, TB 158 cm, TD 110/60 mmHg dan pasien tampak pucat. Dari pemeriksaan labolatorium diketahui kadar Hemoglobin sangat rendah.
a.       Apakah diagnosis pasien?
Anemia
b.      Apakah penyebab kasus ini?
Apabila jumlah besi menurun terus maka eritropiesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron  deficiency anemia. Kekurangan besi pada epitel serta beberapa enzim kemudian menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.
Di samping pada hemoglobin, besi juga menjadi komponen penting dari mioglobin dan berbagai enzim yang dibutuhkan dalam penyediaan energi dan transport elektron. Oleh karena itu, defisiensi besi di samping menimbulkan anemia, juga akan menimbulkan berbagai dampak negatif, misalnya pada 1) sistem neuromuskular yang mengakibatkan gangguan kapasitas kerja, 2) gangguan terhadap proses mental dan kecerdasan, 3) gangguan imunitas dan ketahanan terhadap infeksi, dan 4) gangguan terhadap ibu hamil dan janin.
c.       Terapi apakah yang dapat dilakukan?
Terapi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberi besi oral maupun parental kepada pasien. Selanjutnya dengan memberikan diet pada pasien dengan memberi makanan bergizi dengan protein tinggi terutama protein hewani. Vitamin C  3×1000 mg/hari untuk meningkatkan absorpsi besi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar